Ruwatan

Wednesday 25 August 2010

Menurut Dinas pariwisata Kota Semarang , ruwatan adalah prosesi spiritual untuk membuang kesialan hidup orang-orang yang sedang dalam sukerta (susah) Orang-orang sukerta ini, menurut cerita adalah orang-orang yang akan dimangsa oleh Batara Kala. Untuk keluar dari sukerta seseorang harus diruwat.Dalam upacara ini seorang dalang melakukan penyiraman air suci dan penguntingan rambut kepada peserta ruwat dan kemudian dilarung ke laut.

Makna ruwatan (terjemahan wikipedia) adalah

  1. Mengembalikan, adalah mengembalikan kepada keadaan sebelumnya
  2. Membebaskan, adalah membebaskan dari ancaman mara bahaya atau bencana yang mengancam.

Sejarah Ruwatan

Adalah Raksasa Bethara Kala anak dari Bethara Guru suatu hari menuntut makan kepada Ayahandanya. Kemudian dia diperbolehkan makan manusia dengan ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:

Tetapi, Bethara Kala tidak akan bisa memangsa manusia diatas, kalau manusia tersebut bisa membaca “Rajah Kala Cakra”. Rajah tersebut terletak di Kening, Dada dan di Punggung.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, haruskah kita menyelenggarakan ruwatan seperti pada adat Jawa? Lepas dari ada keinginan mengadakan ruwatan atau tidak, sebenarnya ada beberapa catatan yang bisa kita ambil dari prosesi ruwatan.

  1. Istilah Raksasa Bethara Kala, bisa kita artikan kala adalah waktu dan atau bencana.
  2. Anak tunggal (ontang anting), anak kembar dan seterusnya yang akan menjadi mangsa Bathara Kala, biasanya mempunyai kecenderungan di manja oleh orang tuanya.
  3. Rajah Kala Cakra yang terletak di kening (berfikir/kognitif), di dada (merasakan/afektif) dan di pundak (tempat beban/ psikomotorik).

Makna apa yang bisa kita petik?

Di pandang dari berbagai perspektif, tentunya banyak sekali makna yang terkandung dalam ruwatan. Dan menurut hemat saya, orang tua yang memanjakan anaknya dengan berbagai alasan, misalnya karena anak tunggal sehingga apapun keinginan anak akan dipenuhi oleh orang tua, anak tidak mempunyai saingan di keluarga dan sebagainya. Kemudian anak kembar, biasanya sangat menggemaskan (ada kecenderungan di manja dan di istimewakan, anak-anak seperti ini apabila di biarkan terus bermanja-manja maka dia akan banyak kehilangan waktu. –untuk tumbuh kembang– istilahnya waktunya habis dimakan Bethara Kala.

Bagaimana cara mengatasinya?

Belajar!!! Dengaan belajar anak akan bisa membaca tulisan atau Rajah Kala Cakra, yang ada di :

  1. Di Kening, Kening adalah tempat otak untuk berfikir(aspek kognitif). Jelas dengan belajar akan mengasah daya pikir kita
  2. Di dada, adalah tempat hati, untuk merasakan (aspek afektif). Dengan belajar di sekolah, selain anak diajari berbagai mata pelajaran, anak juga diajarkan bagaimana bersosialisasi dengan teman, guru dan warga sekolah lainnya. Harapannya anak akan dilatih bagaimana berempati dan peduli sesamanya.
  3. Di punggung, punggung adalah tempat beban, untuk mengangkat beban itu butuh tenaga, tenaga menghasilkan gerak (aspek psikomotorik). Jelasnya di sekolah siswa juga dibekali berbagai macam ketrampilan untuk menjadi siswa yang mandiri.

Kesimpulan

Dengan bersekolah dengan benar, berarti anak berusaha untuk terbebas dari bencana, berusaha memaksimalkan dan memaknai waktu yang dilewatinya, untuk memperoleh bekal kemampuan, sikap dan ketrampilan demi meraih cita-cita di masa depan.

Anda sependapat? Sukses remaja Indonesia.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Post a Comment

My YM

Status YM

My Twitter

Follow marif.handoko on Twitter

Categories

Powered by Blogger.

Followers