Upacara adat Nikah Jawa

Saturday 21 August 2010

Upacara Panggih

Panggih = temu – adalah rangkaian upacara adat Jawa. Upacara ini seharusnya diadakan di rumah pengantin putri. Tapi, di era sekarang ini, sering diadakan di gedung pertemuan, dimana resepsi akan dilaksanakan, dengan alasan efisiensi waktu dan tempat.

Uba rampe [= kelengkapan] yang dipakai dalam upacara ini antara lain:
- pisang sanggan – sebagai tanda penghargaan kepada keluarga pengantin wanita
- manuk-manukan [burung-burungan]
- kembar mayang

Rombongan pengantin kakung maupun putri akan membawa manuk-manukan dan kembar mayang yang kemudian saling ditukarkan.

Nah, urutan prosesi panggih seperti ini:
- paling depan adalah adik yang paling kecil dengan membawa pisang sanggan
- pembawa manuk-manukan
- pembawa kembar mayang
- pengantin kakung digandeng oleh Eyang dan seorang saudara sepupu.

Prosesi berjalan pelan-pelan diiringi gending Jawa dari kalau tidak salah gendingnya ‘Kodok Ngorek’. Prosesi pengantin putri, urutannya sama, tapi tanpa pisang sanggan. Setelah rombongan prosesi saling mendekat dimulailah upacaranya:

- pisang sanggan diserahkan ke ibu penganten putri
- tukar menukar manuk-manukan dan kembar mayang
- balangan [lempar-lemparan] – kira-kira jarak 3 meteran, pengantin saling melempar beberapa lembar daun sirih yang diikat benang putih – konon, kata sahibul hikayat, kalau yang dilempar menghilang, berarti bukan manusia!
- wiji dadi atau injak telor – pengantin kakung menginjak telor dengan kaki kanan dan pengantin putri mencuci kaki tersebut dengan air bunga – yang artinya …..

tanda bakti seorang isteri kepada suami, serta kesiapan seorang suami untuk menjadi kepala keluarga yang bertanggung-jawab


Kemudian upacara ‘sinduran’ [sindur adalah semacam selendang berwarna merah, berpinggir putih berliku-liku]. Sindur ini ‘dikrukubkan’ di pundak penganten oleh ibu pengantin putri, kemudian bapak ‘menyeret’ pengantin pelan-pelan menuju pelaminan, ibu pengantin putri ikut ‘mendorong’ dari belakang. [Seperti main kereta-keretaan  ] Katanya, artinya: bapak-ibu menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan dorongan dalam membina rumah tangga. Sindur yang berpinggir lekuk-lekuk putih ada artinya lho yaitu: jalan hidup itu tidak lurus tapi berliku-liku, kadang diatas kadang dibawah …. begitu lho.

Sampai di pelaminan, bapak pengantin putri duduk dan memangku kedua pengantin – namanya upacara timbangan – ibu bertanya pada bapak: ‘abot endi pak?’ [berat mana pak?] – bapak menjawab: ‘pada abote’ [beratnya sama] – yang artinya: kasih sayang terhadap anak dan mantu sama besarnya, tidak membeda-bedakan.

Upacara timbangan diikuti ‘tanem’ [menanam] – bapak pengantin putri mendudukkan pengantin ke pelaminan, menandakan bahwa, pernikahan mereka mendapat restu.

Upacara ‘kacar-kucur ‘ – pengantin kakung mengucurkan dari sebuah kantong yang berisi: kedelai, kacang, padi, jagung, beras kuning, bunga dan uang receh, ke sehelai kain di pangkuan pengantin. Yang artinya: suami memberi semua penghasilannya pada isteri, dan isteri menerima dengan sepenuh hati dan akan mengelolanya dengan sebaik-baiknya secara bertanggung jawab.

Selanjutnya upacara ‘dahar kembul’ atawa makan bersama. Pengantin makan sepiring berdua, dan saling menyuapi. Maknanya: akan selalu bersama dalam susah maupun senang.

Perlu diketahui bahwa, selama upacara panggih ini, orang tua pengantin kakung sama sekali tidak boleh menyaksikan. Nah, setelah semua rangkaian acara di atas selesai, barulah bapak-ibu pengantin putri menjemput besannya. Upacara ini namanya mertui. Mereka kemudian bersama-sama berjalan menuju tempat yang telah disediakan untuk menerima sungkem dari anak-anaknya.

Sungkeman pun ada caranya. Sebelum memulai sungkem, keris pengantin kakung harus dilepas dulu. Mengapa keris harus dilepas? Takut terjadi …… menghadap sesepuh/raja, harus menanggalkan senjata! Yang pertama-tama disungkemi adalah orang tua pengantin putri, setelah itu baru orangtua pengantin kakung.

Sudah selesai ----- rangkaian upacara selesai diikuti resepsi.

Upacara adat itu repot dan melelahkan, tapi asyik. Asyik untuk diketahui dan dipelajari, karena banyak makna yang tersirat. Selain itu bagi yang sudah menikah, diingatkan kembali makna pernikahan suci yang sudah dijalaninya. Mudah-mudahan upacara semacam ini tidak pudar dan kemudian hilang, mudah-mudahan masih banyak generasi muda yang menginginkan menjalani upacara ini saat pernikahannya.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Post a Comment

My YM

Status YM

My Twitter

Follow marif.handoko on Twitter

Categories

Powered by Blogger.

Followers